Terakhir

4.2.19




Kamu janji ini bakal jadi yang terakhir.

Setelah semua kata-kata kehilangan makna atau kejujuran tidak lagi berharga. Setelah kebohongan sudah menyakitimu begitu dalam, hingga kamu pikir, sepuluh tahun dari sekarang, kamu mungkin tidak akan bangkit dan jadi orang yang sama.

Hari ini seharusnya bahagia melingkupimu. Namun, kesedihan rupanya tidak pernah mau berhenti datang. Semakin lama, semakin pedih. Padahal, yang kamu harap hanyalah banal, mati rasa, sudah tidak merasa apa-apa. Sekalipun hidup (atau manusia yang kamu cinta) menceburkanmu ke dalam palung terdalam, tanpa peduli kamu menggapai-gapai kelelahan.

Kamu selalu ingin percaya. Namun, hatimu selalu berkata tidak. Terakhir kamu ketahui, hatimu benar. Tidak ada yang bisa dipercaya dari orang yang terus melakukan kesalahan sama. Lalu, kamu kecewa. Kamu kecewa pada kata-kata yang mengikatmu dengan sumbu rasa percaya. Fondasimu runtuh, mendesakmu terjun bebas ke lubang dalam tanpa persiapan. Hatimu jatuh. Hidupmu hancur dalam satu kedipan mata.

Mengapa segalanya jadi terasa tidak adil untukmu yang selalu berusaha jadi orang baik?

Mengapa lebih mudah jadi orang yang menyakiti siapa saja, ketimbang menahan diri tidak berbuat salah?

Mengapa mengampuni bisa jadi hal paling sulit yang kamu lakukan seumur hidupmu?

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe