Semua Hal, Akan Baik-baik Saja

14.10.19



Depresi—gangguan mental yang lain, sama seperti penyakit fisik. Hanya saja, ia tidak terlihat, tidak dapat kau pahami, tidak dapat orang lain mengerti. Sampai-sampai, kadang kala, kau benar-benar habis akal dan ingin mewujudkan saja rasa sakitnya.

Bayangkan, ketika seseorang atau sesuatu membuatmu terjatuh dan luka-luka. Hanya dalam sekian detik, nyerinya bisa menetap berhari-hari. Bekas lukanya, mungkin akan hilang dalam hitungan minggu. Namun, itu masih lebih baik. Ada bentuk luka kasatmata yang bisa kau lihat. Ada hal nyata yang bisa kau jadikan penyebab, hingga pada akhirnya kau tahu cara menyembuhkannya.

Namun, depresi bekerja dengan cara sebaliknya. Meski nyeri menusuk-nusuk dan tubuhmu merespons dengan gejala yang nyata: migrain, gemetar, napas sesak, detak jantung mencepat, insomnia, dan hormon yang kacau—ia menyembunyikan penyebab, menyembunyikan luka, menyembunyikan bekas. Membuatmu kebingungan: dari mana asalnya? Bagaimana cara menyembuhkannya? Apakah ini hanya ada dalam pikiranku sendiri? Apakah aku kurang berdoa, kurang bersyukur, dan kurang-kurang yang lain? Hingga akhirnya, kau justru menyalahkan dirimu sendiri.

Maka, sebelum kau melakukan sesuatu yang tidak adil, ceroboh, tidak bertanggung jawab, dan sekiranya dapat menyakiti orang sebegitunya, ingatlah. Luka batin, sering kali justru begitu permanen. Tidak dapat hilang begitu saja. Menetap hingga puluhan tahun, bahkan membentukmu menjadi manusia yang benar-benar lain. Beberapa orang, mungkin menyerah. Namun, bukan berarti mereka lemah. Ada hal-hal yang tidak kita tahu tentang seberapa keras orang berjuang melewati malam-malam yang seperti neraka. Ada hal-hal yang tidak kita tahu tentang seberapa kuat orang ingin mengalahkan suara-suara bising dalam kepala. Ada hal-hal yang kita tidak tahu, ketika akhirnya mereka memutuskan untuk menyerah, mungkin segala kuat dan upaya—telah benar-benar habis,

dan kita tidak pernah berhak menghakimi apa pun yang tidak pernah kita hadapi.

Untukmu yang sedang berjuang. Kau yang tahu seberapa beratnya itu. Namun, jangan menyerah. Di luar sana, ada banyak tangan yang terbuka untukmu. Datangi mereka satu-satu. Bahkan, jika kau tidak percaya respons orang lain, carilah bantuan profesional. Selanjutnya, uraikan pelan-pelan apa yang kau rasakan dan penyebabnya. Terima bahwa setiap orang melakukan kesalahan; dan sejauh kau berusaha untuk memperbaikinya—kesalahan-kesalahanmu di masa lalu tidak berhak mendefinisikan dirimu sendiri. Kau tahu kau bernilai, kau kuat, kau lebih dari apa yang mereka bilang, atau bahkan dari hal-hal buruk yang kau pikirkan tentang dirimu sendiri.

Setelah itu, maafkan dirimu sendiri dan melajulah pelan-pelan. Hal yang berat, bahkan tidak mungkin kau lakukan saat ini. Maka berjalanlah pelan-pelan. Hal-hal buruk yang terjadi di masa lalu, memang memengaruhimu. Namun, itu tidak layak untuk menentukan siapa kamu di masa depan. Maafkan semua kesalahan-kesalahanmu, kecerobohan-kecerobohanmu, dan tebus semua dengan menjadi manusia yang lebih baik.

Aku beri tahu, perjalanan ini tidak pernah mudah. Sulit luar biasa, sampai sering kali kau berpikir mungkin ada baiknya menyerah saja, atau jadilah kau yang lain: yang merutuk hidup, membenci orang-orang di sekitarmu, membenci dirimu sendiri, dan merusak. Namun, jangan menyerah. Kau orang paling kuat yang pernah kau kenal. Kau orang paling berani, kau tahu cara berjuang melewati semua ini.

Percayalah, kelak—ketika kau berhasil keluar dari lubang ini, semua hal akan baik-baik saja.  

Semua hal, akan baik-baik saja.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe