Halte

26.5.15



anggap saja kita pernah bertegur sapa di satu halte yang sama.

dan kelak, ketika apa yang sudah kita tunggu kita sama-sama datang, kita tahu bahwa perpisahan akan selalu diiringi rasa siap untuk kehilangan.

maka saya memutuskan untuk tak memulai pembicaraan. toh kamu sedang menunggu dan saya memang cuma singgah sebentar dari perjalanan yang cukup melelahkan. tapi ternyata kita sama-sama penat. kamu lantas bercerita tentang busmu yang tak kunjung datang, dan saya berkeluh kesah tentang jauhnya perjalanan ini.

hingga saya tahu apa yang kamu tunggu, dan arah kita yang memang tak pernah menyatu.

tapi berbincang di bawah halte yang sama dengan kamu, masih terasa menyenangkan. hingga kita lupa waktu, hingga saya terlanjur jatuh.

meski saya tahu apa yang sedang kamu tunggu, juga arah kita yang tak pernah satu.

maka berangsur, saya menjauh, meski mata hangatmu kerap memanggil -- yang dengan bodohnya saya artikan sebagai alasan untuk tetap tinggal. 

hingga kamu memutuskan untuk berhenti menunggu. mencari jalan pulang lain, yang saya kira masih searah.

tapi bus saya terlanjur datang. menggiring tubuh yang mau tak mau harus manut. saya ingin melambaikan tangan, meski belum siap kehilangan.




You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe